January 18, 2012

The Journey - 1

Lama tidak jumpa dengan Mcdo! 
Gw pengen share soal LowBatt (Low Budget Travelling) by Mcdoans. 
Modal niat, modal nekat, modal duit pas-pas-an? Seloooooow..
"If there's a will, there's a way" - Seseorang
It begins.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hari pertama - 4 Januari 2012

Jam 01.00, Mcdoans baru selesai packing. Saya menggunakan 1 ransel berukuran sedang, tidak lupa memasangkan rain cover untuk berjaga-jaga. Sungguh luar biasa kawan dan setelah check and re-check beberapa barang gw baru tidur jam 02.00 setelah update twitter “The journey will begin at 05.00”.




Alarm yang berdentang begitu keras ternyata ga bisa ngebangunin gw, tapi malah kakak gw yang terganggu *sigh*. Jadilah gw diusir dibangunin sama kakak gw. Setelah perdebatan mau menggunakan travel/bus dengan satu kawan saya bernama Ronaldo (onal) yang sama-sama berangkat dari Bandung menuju Jakarta, akhirnya kami memilih bus dari Terminal Leuwipanjang karena rasa penasaran dan tentunya lebih murah. Ternyata perjalanan cukup lama. Tidak seperti yang kami bayangkan seperti naik travel. Kami yang sudah naik bus pukul 07.00, baru masuk tol cipularang pukul 08.20-an karena bus ternyata memang “ngetem” dulu buat narik penumpang. Gw tertidur cukup lama disitu karena emang kurang tidur dari rumah. 

Kira-kira di kilometer 30an, tidak terduga dan tidak terbayangkan bus pun mogok. Ya, mogok. Sebelumnya sempat berhenti juga karena ada masalah, tapi masih bisa jalan tanpa menyalakan AC. Akhirnya daripada menunggu lama, kami disarankan buat pindah bus. Di bus baru, semua kursi sudah terisi penumpang, maka kami harus berdiri selama kurang lebih 30 menit sambil ngedengerin lagu entah apa itu. Luar biasa. 

Seperti biasa, masuk Jakarta agak macet dan akhirnya sampai di Terminal Kampung Rambutan kurang lebih pukul 11.00. Gw segera menghubungi teman perjalanan kami satu lagi tidak lain tidak bukan adalah si Bhima yang adalah orang Jakarta. Dia terjebak macet pula di tol. Akhirnya saya dan Ronaldo mencari tempat duduk dan beristirahat sejenak. Ronaldo menghubungi pacarnya, saya terus menghubungi Bhima karena dia lama pisan euy.



Terlihat ada bus menuju Merak yang mau berangkat, gw yang sedikit ga sabar udah keburu masuk dan me-lobby supirnya biar bisa nunggu si Bhima. Ternyata, sudah lewat 15 menit toleransi pak supir, Bhima tak kunjung datang *wetsah*. Kamipun keluar lagi dan duduk di emperan jalan sambil nunggu si Bhima. Setelah kontak-kontakan, Bhima datang dengan carrier yang gede melebar kesamping. Santai sejenak di pinggir jalan, terlihat ada bus Kp. Rambutan – Merak yang juga mau berangkat, kamipun masuk dan ternyata tarif yang ini lebih murah seribu rupiah. Not bad.

Karena udara Jakarta yang panas dan di dalam bus dingin, saya sangat mengantuk disitu. Kurang lebih 4 jam saya tidur-bangun-tidur-bangun. 4 Jam? Nah, sebenarnya, Jakarta-Merak bisa Cuma 2 jam via Tol, tapi berhubung namanya juga bus murah, jadi berhenti dulu lewat di Kebon Jeruk, Serang, dan Cilegon. Begitu sampai di Merak (Pukul 15.30), kami menanyakan keberangkatan kapal ferri ke Bakauheni tiap berapa jam sekali, ternyata tiap setengah jam sekali. Perut kami yang lapar memaksa kami untuk mencari makanan berat sebelum masuk kapal. Ada warung makan kecil di seberang pelabuhan, kami pikir cukup bersih dan murah. Ya, lumayan lah. Kami sempat berfoto-foto sejenak setelah makan, sebelum masuk pelabuhan, sebelum masuk kapal, di kapal, di kapal, di kapal, sampai kapalnya jalan. Kami lagi-lagi menunggu cukup lama.


(kiri-kanan) Onal - Doan - Bhima


I'm flying!

Ngemper

Kapal baru berangkat pukul 17.00. Pemandangan di kapal ketika pergi, tidak asing lagi, beberapa orang yang meloncat dari atas kapal dan meminta uang. Sungguh luar biasa. Di atas kapal selama kurang lebih 2 jam, kami santai santai dan saya mulai menghubungi mas Bambang (orang yang tinggal di Lampung menjaga rumah saudara), yang menyarankan untuk pakai travel saja dari bakauheni karena sudah terlalu malam. Begitu sampai di Bakauheni, bau Sumatera sudah tercium. Keras.


Sunset

Orang-orang di Bakauheni memang terkenal cukup “memaksa” dan konon malah dulu sering terjadi kericuhan rebutan penumpang. Gak beberapa lama kami dikelilingi banyak orang sehingga kami bingung, tapi kami berkata mau ke Indoma*et dulu pak, maaf, dsb. Lalu, setelah menemukan travel yang pas, kami mencari makan malam dulu karena sudah jam 20.00. 

Lieur

Tak sempat makan disana, akhirnya kami membawa pulang dan memakannya di mobil. Jalur Trans Sumatera terkenal tidak ada lampu jalan dan banyak truk disana. Rada mengerikan juga ya. Saya tertidur karena Bakauheni-Bandar Lampung memerlukan waktu kurang lebih 2 jam. Sesampai di Bandar Lampung, saya di jemput mas Bambang dan dibawa ke rumah saudara saya untuk ikut menginap disana. Ternyata saudara saya tidak ada di situ, tapi kami sudah diizinkan untuk menginap disana. Perjalanan cukup melelahkan, kami bebersih sejenak, lalu tidur.

Rincian biaya:
Leuwipanjang  – Kp Rambutan = Rp 35.000,- (Bus Ekonomi AC)
Kp Rambutan – Merak = Rp 17.000,- (Bus Ekonomi AC)
Makan siang di Merak = Rp 8.000,- (Nasi pecel lele)
Merak – Bakauheni = Rp 11.500,- (Ferri)
Makan malam di Bakauheni = Rp 10.000,- (Nasi ikan)
Bakauheni – Bandar Lampung = Rp. 30.000,- (Mobil APV antar tujuan)
Total = Rp 94.500

Bersambung ....

1 comment:

Silakan mas, mba, om, tante, opung, opung boru, kakek, nenek, bapak, ibu, akang, teteh, bli, sampeyan isi.. hehehehe